Kamis, 11 Februari 2016

Esensi Pendidikan

Nama : Rizka Lilis Karina NIM : 1406161 Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran Sosiologi Progam Studi : Pendidikan Sosiologi - Universitas Pendidikan Indonesia Pendahuluan Pendidikan dapat dikatakan sebagai proses dari pembangunaan yang ada di sebuah negara, baik itu Indonesia ataupun negara-negara lainnya. Pendiddikan disini bukan hanya sekedar pelatihan saja. Pendidikan disini akan menghasilkan modernisasi tetapi modernisasi tersebut tidak akan berhasil tanpa didukung oleh pendidikan yang benar. Karena pada dasarnya modernisasi sangat melibatkan pendidikan yang benar. Pendidikan yang dikatakan sebagai proses dari pembangunan pada suatu negara baik itu Indonesia ataupun negara-negara lainnya semata-mata digunakan sebagai alat untuk kepentingan-kepentingan tertentu hal ini karena mereka tidak dapat mengetahui apa makna sesunguhnya dari esensi pendidikan itu sendiri. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi menghasilkan sebuah modernisasi namun semua itu tidak akan berjalan dengan baik jika unsur-unsur pendukung utama modernisasi tersebut tidaklah terpenuhi yang diantaranya adalah kreatif, inovatif, dan imajinatif. Substansi Pendidikan adalah upaya sistematis sehingga manusia memahami hubungan antar manusia serta makhluk hidup lainnya termasuk dengan alam sekitar. Sehingga dapat dikatakan dasar dari proses pembangunan negara. Modernisasi adalah hasil pemahaman secara total akan kehidupan yang terus menerus berkembang. Modernisasi dapat tercapai melalui pemahaman hakikat kemanusiaan yang hidup di alam semesta. Artinya, tidak akan berhasil tanpa pendidikan yang benar. Menurut penulis, pendidikan adalah proses peradaban secara esensial sehingga suatu bangsa akan menempati posisi terhormat di hadapan bangsa lain. pemahaman yang salah mengenai pendidikan ini akan membawa sebuah bangsa tergusur oleh peradaban bangsa lain. Pendidikan dan rantai Modernisasi Modernisasi diartikan upaya pemanfaatan teknologi di berbagai sektor baik ekonomi atau kebudayaan. Ilmu pengetahuan tidak dapat berkembang jika tidak ada manusia yang inovatif. Sedangkan inovasi adalah hasil dari imajinasi seseorang yang mempunyai rasa kebebasan berfikir dan kejernihan hati nurani sebagai cikal bakal munculnya karya dan keindahan. Pendidikan harus memberikan ruang yang luas supaya rantai modernisasi berkembang dengan baik. Artinya, pemaksaan modernisasi dengan mereduksi pendiddikan tidak akan mencapai rantai yang paling ujung, yakni keindahan. Sedangkan hidup tanpa keindahan akan membosankan. Maka pendidikan dan modernisasi tidak dapat dipisahkan. Tetapi, penguasaaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sempurna hanya terjadi dalam proses pendidikan yang benar bukan sekedar keterampilan yang dicapai melalui pelatihan dimana pelatihan itu sendiri adalah bagian kecil dari pendidikan. Peranan Pemerintah Dalam Pendidikan dan Rantai Modernisasi Pemerintah memiliki peran yang sangat sentral di dalam pendidikan. Namun pemerintah yang tidak memahami esensi pendidikan sebagai cikal bakal terjadinya modernisasi yang benar hanya akan terjebak kepada keinginan percepatan pembangunan sambil mengorbankan unsur kemanusiaaan. Karena pendidikan itu sendiri bernuansa pembebasan dan ketertekanan sekaligus menumbuhkan kecintaan bukan pemaksaan kehendak. Sehingga jika anak yang masih dini sudah dijejali ilmu pengetahuan yang berat maka mereka sulit berkembang menjadi kreatif, inovatif, dan imajinatif padahal ketiga unsur tersebutlah yang sangat diperlukan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai unsur utama dalam modernisasi itu sendiri. Pemerintah bertanggung jawab dalam pendidikan sebagai unsur utama modernisasi. Rancangan kurikulum pada pendiddikan dasar berbasis pada pola induksi berupa pembangkitan ilmu pengetahuan menurut anak didik. Guru disini bersifat lebih merangsang anak didik untuk terus berpikir dan mencari tahu. Di Indonesia pemerintah tidak dapat berdiri sendiri melainkan terdapat campur tangan pihak lain seperti anggota legislatif (DPR). Selain mengontrol jalannya birokrasi, mereka pun harus paham dengan esensi pendidikan dengan melihat proses dan outcome pendidikan yakni dampak dari proses pendidikan. Penutup dan Harapan Esensi pendidikan pada dasarnya membangkitkan intelegensia secara total. Bukan hanya kecerdasan secara otak, tetapi intelektual, emosional, dan spiritual. Modernisasi sebagai hasil pendidikan melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi hanya sebagian kecil dari upaya memanfaatkan kekayaan alam secara bijak. Terdapat dua pendekatan untuk perbaikan melalui pendidikan ini. Keduanya bersifat lintas waktu dan lintas institusi. Pendekatan pertama adalah pembenahan pendidikan langsung di kelembagaan persekolahan.sedangkan pendekatan kedua, pembenahan birokrasi pemerintahan saat ini melalui modernisasi dan esensi kemanusiaan. Modernisasi birokrsi dilakukan dengan memasukkan unsure ilmu pengetahuan dan teknologi kedalam birokrasi melalui pelatihan-pelatihan dan pemanfaatan teknologi yang ada. Analisis dan Komentar Pendidikan adalah sebuah rantai modernisasi yakni dimana pendidikan dan modernisasi sangat erat kaitannya satu sama lainnya sehingga tidak dapat di pisahkan satu sama lain. Modernisasi berkaitan dengan pemanfaaatan teknologi di dalam kehidupan sehari-hari dimana teknologi itu sendiri disini adalah sebuah ilmu pengetahuan yang tidak akan berkembang ke arah yang lebih baik bila tidak ada manusia yang inovatif untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada tersebut. Inovasi yang dilakukan oleh manusia-manusia yang inovatif tersebut bertujuan sebagai cikal bakal dari munculnya karya dan juga keindahan. Keindahan yang ada sebagai wujud sebuah peradaban yang tinggi karena sebuah peradaban dapat dilihat dari keindahannya. Karena adanya keindahan jugalah menghasilkan sebuah kebebasan untuk berfikir secara positif mengenai pendidikan itu sendiri. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan penuh terhadap berlangsungnya pendidikan yang baik harus turut andil dalam proses pembelajaran baik itu dalam menetapkan pendidikan ataupun lainnya yang pada akhirnya pendidikan di Indonesia saat ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Pemerintah sangat bertanggung jawab terhadap unsur-unsur modernisasi yang terdiri dari kreatif, inovatif, dan imajinatif. Jika salah satu unsur modernisasi tersebut tidak dapat di penuhi maka modernisasi yang ada hanyalah sebagai angan-angan saja karena ketidak adanya unsur-unsur modernisasi tersebut maka posisi suatu bangsa hanya akan membawa sebuah bangsa itu tergusur oleh peradaban bangsa lain. Bangsa Indonesia pun tidak akan dapat menjadi sebuah bangsa pemimpin namun hanya menjadi sebuah bangsa pengikut.

Selasa, 19 Mei 2015

Pasar Budaya UPI 2015



   Pasar Budaya UPI 2015 cukup memberikan kesan yang amat menarik untuk ku. Bagaimana tidak, Pasar Budaya UPI adalah salah satu even tersebesar di kampus ku, Universitas Pendidikan Indonesia dan jurusan ku salah satu pengisi acara di even terbesar sa-UPI-eun.
   Pasar Budaya UPI 2015 dilaksanakan pada tanggal 11-13 Mei 2015 yang bertempat di Gymnasium. Acara itu di dukung oleh tiga jurusan, Pendidikan Sosiologi angkatan 2014 yang bertugas sebagai Interpreter, MRL angkatan 2013 dan 2014 yang bertugas sebagai LO dan Acer, serta Seni Rupa angkatan 2013 yang bertugas mendekorasi Gymnasium menjadi tempat yang berbeda dari biasanya.
   Persiapan kami semua terbilang matang sekali untuk mempersiapkan acara besar ini. Maklum saja, ini adalah acara pertama yang kami laksanakan. Sebelum acara di laksanakan, dari siang hingga menjelang malam kami semua sibuk untuk mendekorasi stall kami. Tak terkecuali aku. Stall ku bernomer 19, nomor yang ganjil memang. Stall ku bernama “Tulisan Arab Melayu” yang bersebelahan dengan stall “Cilempung” dan “Gudeg”.
   Saat mendekorasi stall, kami semua saling bekerja sama bahu membahu satu sama lain. Bukan hanya pada stall kami masing-masing saja namun kami tak cangung untuk membantu kelompok lain yang memang memerlukan bantuan dari kami. Ya, gotong royong yang beberapa bulan kami agung agungkan sangat tercipta saat itu, tak ada jarak antara kami. Bukan hanya dari Pendidikan Sosiologi saja, MRL dan Seni Rupa pun sama, mereka tak canggung menolong kami saat kami membutuhkan bantuan dari mereka, khususnya bantuan tenaga berat seorang laki-laki.
   Aku dan kelompok ku mendekorasi stall dimulai dari siang hingga sore hari. Terasa cape sekali memang, namun suka cita mengalahkan semuanya. Tawa, canda, bahagia, melebur menjadi energy positif untuk kami. Padahal, esok pagi kami di tuntut untuk datang pada pukul 06.00 pagi di Gymnasium.
   Esok pagi, kami semua datang tepat waktu. Ya, meski pun kami masih ngantuk sekali, badan terasa cape, dan tidak ingin pergi dari kasur tersayang, namun kami di tuntut untuk selalu disiplin. Baik itu disiplin tentang waktu, tenaga, dan sebagainya. Alhasil, mau tidak mau kami pun harus mau untuk datang tepat waktu. Hari pertama kami sebagai Interpreter harus menggunakan pakaian adat. Hal ini dimaksudkan agar kami tetap setia dalam melestarikan budaya Indonesia.
   Hari pertama selesai, namun masih ada dua hari selanjutnya yang harus kami lewati dengan penuh kesabaran. Lelah memang, baru melewati hari pertama saja sudah banyak sekali tantangan yang harus kami lewati dengan mengahadapi berbagai mahasiswa UPI yang memiliki karakter yang berbeda-beda satu sama lain. Namun, kami tetap memberikan pelayanan yang paling baik untuk mereka semua yang mengunjungi stall kami, khususnya Tulisan Arab Melayu. Dengan kerendahan hati kami tetap melayani mereka semua dan juga tak lupa dengan penuh senyum kegembiraan tentunya.
   Hari kedua kami lewati dengan rasa damai. Drescode hari kedua adalah batik. Dengan cinta kasih sayang kami melayani tamu-tamu yang datang ke stall kami dengan penuh rasa bahagia sekali. Meskipun aku dan pelaku budaya sudah mulai tak enak badan namun kami tetap menjalankan tugas kami dengan semaksimal mungkin sehingga hasil yang akan di peroleh pun akan maksimal juga.
   Di hari kedua ini, ilmu yang kami dapatkan semakin hari semakin bertambah. Selain itu, kami pun dapat lebih mengetahui lagi kekayaan yang terdapat di Indonesia yang belum pernah kami ketahui sama sekali. Untuk aku sendiri khususnya, aku baru mengetahui jika ternyata permainan congklak itu awal mulanya di mainkan oleh para raja-raja, becak terdapat pertama kali di China, kalau tidak salah, Tulisan Arab Melayu sudah jarang sekali di gunakan saat ini, Tarian Jai’i berasal dari NTT, dan masih banyak lagi. Ini membuktikan bahwa Indonesia memang sangat kaya sekali dengan kebudayaannya.
   Hari terakhir pun kami lewati. Di hari terakhir ini, informasi berharga sayang untuk kami lewati. Bagaimana tidak, memasuki ruangan Gymnasium sangat ketak sekali. Peserta dan tamu undangan saja yang di perbolehkan untuk memasuki ruangan tersebut, itu pun seperti di seleksi dengan ketat sekali. Jadi, siapa saja yang telah berhasil untuk masuk jangan menyia-nyiakan sama sekali kesempatan itu.
   Dengan mempelajari di dua hari kemarin, kami sebagai Interpreter tetap setia untuk memberikan pelayanan yang sangat baik kepada para mahasiswa dan tamu undangan saat mengunjungi stall kami. Banyak sekali pertanyaan demi pertanyaan yang mereka ajukan di stall kami, Tulisan Arab Melayu, namun dengan penuh kesabaran kami sebagai interpreter menjawab pertanyaan demi pertanyaan tersebut saat actor budaya kami sedang menjelaskan kepada peserta lainnya. Sehingga terciptalah perdamaian dan rasa kasih sayang antara kami semua.
   Dari acara ini, mahasiswa Universitas Pendididkan Indonesia dan tamu undangan memiliki kepedukian yang tinggi terhadap budaya Indonesia. Maka mereka akan mengetahui kekakyaan budaya Indonesia yang ada dari Sabang samapai Merauke. Secara tersirat mereka belajar bagaimana nilai gotong royong yang ada di dalam Pasar Budaya UPI 2015 ini. Karena dengan bergotong royong mereka akan mudah melakukan segala sesuatu.

*untuk foto-foto selama Pasar Budaya Berlangsung bisa nyusul ^_^

Rabu, 06 Mei 2015

SNMPTN dengan Jurusan yang Mau Tidak Mau Harus Di Ambil

   Menjadi seorang mahasiswa adalah hal yang indah menurut ku. Awalnya aku pesimis sekali, apakah aku dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, jauh dari orang tua ku. Menjadi seorang mahasiswa adalah mimpi yang sempat tak akan menjadi kenyataan, pikir ku tempo dulu.
   Cerita-cerita yang selalu kakak tingkat dongengkan untuk ku di saat semangat ku semakin berkurang menjadi asupan vitamin moral yang sangat ku butuhkan sekali.Ttak pernah bosan untuk ku mendengar cerita-cerita mereka.
   Langkah ku untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tak berjalan mulus seperti mimpi ku di waktu tidur. Ya, bamyak sekali halangan yang ku jumpai hingga ku menginjakkan kaki ku ini di kampus impian ku. Ayah ku, beliau sedikit tak mendukung ku untuk mengenyam pendidikan di daerah Bandung, kakak dari ayah ku pun tak jauh berbeda, beliau pun kurang mendukung ku mengenyam pendidikan yang tinggi, dan yang paling membuat ku sedikit down yakni masalah ekonomi. Keluarga ku hanyalah keluarga yang cukup saja, Tak seperti kebanyakan teman-teman ku.
   Perlahan namun pasti, ku niatkan dan beranikan diri untuk nelanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi meski hati dan fikiran ku sangat bergejolak sekali. Ya, ku beranikan diri untuk memilih Universitas dan jurusan tentunya. Dengan membaca bismilah, aku menunjuk salah satu Universitas Negeri yang berada di daerah Bandung, Jawa Barat. Universitas Pendidikan Indonesia.
   Setiap hari, tak bosan aku mencari segala informasi tentang kampus impian ku tersebut. Pagi, siang, sore, hingga malamn hari aku selalu terkagum-kagum dengan informasi yang ku dapatkan tersebut. Dimulai dari fasilitas gratis yang akan ku dapatkan nantinya, ekstrakulikuler apa saja yang akan ku ambil, dan banyak hal lagi yang tak mampu ku ceritakan di sini.
   Di bulan Januari, kakak tingkat yang berasal dari Banten yang telah kuliah di Universitas Negeri yang berada di Indonesia mengadakan satu even untuk kami, calon mahasiswa. Kami dapat mengali informasi kampus idaman kami dari kakak tingkat yang sedang kuliah di kampus tersebut. Aku pun tak melewatkan kesempatan emas itu. Ku putuskan untuk mengikuti salah satu even yang diselenggarakan oleh mereka. Even tersebut bernama "UDO - University Day Out" yang bertempatan pada tanggal 19 Januari  2014 di Graha Bhakti Pusputek - Tangerang.
   Sesampainya kami di tempat tersebut, kami pun di sambut dengan amat antusias sekali oleh semua kakak tingkat kami yang berasal dari Banten. Hal pertama yang ada di fikiran ku, yakni stand pertama yang akan ku kunjungi yakni stand Universitas Pendidikan Indonesia. Saat aku mengunjungi stand tersebut, aku di sambut sangat hangat dan meriah sekali oleh kakak-kakak yang berada di stand tersebut, ya mahasiswa Universitas Pendidikan Indinesia. Pertanyaan demi pertanyaan yang mengganjal fikuran ku tentang kampus impian ku, ku lontar kan pada mereka. Mereka pun dengan sabar melayani pertanyaan demi pertanyaan yang ku lontarkan tersebut. Banyak sekali pertanyaan yang ku lontarkan pada mereka hingga aku pun sendiri sudah lupa berapa pertanyaan yang sudah ku lontarkan pada mereka dan mungkin membuat mereka sedikit kesal namun mereka tetap ramah dan menjawan pertanyaan ku tersebut.
   Setelah puas dengan pertanyaan yang telah ku lontarkan pada kakak tingkat yang berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia tersebut, kami pun berfoto bersama. Saat aku ingin beranjak dari stand tersebut, kakak tingkat dari Universitas Pendidikan Indonesia pun menyuruh ku untik berfoto dengan jas alamamater abu-abu yang sangat ku impikan, Jaster kebesaran Universitas Pendidikan Indonesia. Aku pun menolak untuk berfoto dengan menggunakan jaster tersebut dengan alasan telah berfoto sebelumnya. Padahal, aku belum sama sekali berfoto dengan jaster yang ku impikan tersebut dan aku hanya memegang jaster tersebut. Alasan mengapa aku tidak mau berfoto dengan jaster kebangsaan Universitas Pendidikan Indonesia tersebut meski pun sesungguhnya aku ingin sekali berfoto menggunakan jaster tersebut karena aku ingin jaster tersebut hanya aku sendiri yang memilikinya tanpa di lepas kembali dan di pakai oleh orang lain kembali. Aneh mungkin namun inilah salah satu motivasi ku untuk dapat mengenyam pendidikan di kampus yang ku impikan sejak lama.
   Sepulang dari acara tersebut membuat ku termotivasi untuk segera menjadi mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia. Disamping itu, yang membuat ku termotivasi lagi karena aku ingin memiliki jaster kebesaran berwarna abu-abu yang menjadi ciri khas Universitas Pendidikan Indonesia dan berfoto dengan menggunakan jaster tersebut untuk diri ku sendiri tanpa perlu di lepas dan di pinjamlan oleh orang lain selain diri ku sendiri.
    Pengumuman SNMPTN tiba. Jantung ku berdegup dengan kencang. Hasil perjuanan ku ditentukan hari itu dan sat ku membuka pengumuman tersebut puji syukur ku hanturkan kepada tuhan yang maha kuasa. Ya, aku lolos SNMPTN di Universitas idaman ku, Universitas Pendidikan Indonesia. Air mata mengalir dengan deras, air mata kebahagiaan. Masa depan ku sudah terlihat dengan jelas, planing-planing ke depan sudah mulai ku rencanakan dari sini. Namun, aku sedikit kecewa karena harapan ku tidak berjalan dengan mulus, aku tidak lolos pada jurusan impian ku sejak aku duduk di bangku SMP, Bimbingan dan Konseling. Aku lolos pada jurusan ke dua, Pendidikan Sosiologi. Di satu sisi aku merasa bahagia karena aku dapat lolos di Universitas impian ku namun di lain sisi aku sedikit kecewa karena aku tak lolos di jurusan impian ku namun aku hanya lolos di jurusan yang ku pilih dengan asal saat aku mendaftar SNMPTN kemarin.
   Ku jalani hari demi hari di jurusan ini, Pendidikan Sosiologi, dengan bismilah aku mencintai jurusan yang sempat ku ambil dengan asal-aslan tempo dulu. Tak apa, semoga ini adalah langkah awal ku menjalani hidup ke depan.

Selasa, 31 Maret 2015

Laporan Individual Kunjungan dan FGD di Pendopo Gubernur Kabupaten Garut


Nama   : Rizka Lilis Karina
NIM    : 1406161
Kelas   : 2B Pendidikan Sosiologi

Kuliah Kerja Lapangan Kabupaten Garut, Jawa Barat

   Pada tanggal 26 Februari 2015 saya dan teman-teman dari angkatan 2014 melakukan salah satu kegiatan yang memang diwajibkan untuk seluruh mahasiswa pada tahun ajaran 2014 yaitu KKL atau Kuliah Kerja Lapangan ke Kabupaten Garut, Jawa Barat.
   KKL ini sifatnya wajib maka jika angkatan 2013 yang belum melakukan KKL pada tahun kemarin maka mereka melakukan KKL pada tahun ini bersama kami mahasiswa angkatan 2014. Ada beberapa kakak tingkat dari tahun 2013 yang mengikuti KKL bersama kami.
   Kami berkumpul di kampus tepatnya di depan BNI pada pukul 05. 00 WIB. Saat itu sudah banyak yang berada di depan ATM BNI tersebut. Tujuan kami berkumpul pada jam 05. 00 WIB agar menghindari kemacetan saat menuju Garut tersebut. Waktu yang ditempuh untuk menuju Garut diperkirakan memakan waktu sekitar 2 jam dari Kota Bandung. Maka kemungkinan kami akan berada di Kota Garut pada pukul 07. 00 atau 08. 00.
   Perjalanan kami menuju Kota Garut pada pukul 06. 00 WIB. Kami melakukan perjalanan dengan menggunakan bus. Karena kami berangkat menuju Kota Garut dimulai dari jam 06. 00, maka kami tiba di Kota Garut pada jam 08.30.
   Kami tidak menuju pendopo seperti yang telah direncanakan sebelumnya tetapi kami menuju Balai kota Kabupaten Garut. Kuliah Kerja Lapangan ini di pimpin oleh seorang Bupati Garut tersebut yang bernama H. Rudy Gunawan, SH, MH, MP yang menjabat sebagai bupati dari tahun 2014 hingga 2019 mendatang.
   Bupati Garut tersebut memaparkan sejarah tentang sejarah asal mula nama Garut, luas wilayah beserta jumlah penduduk Kota Garut, serta kearifan lokal kota Garut tersebut. Sejarah nama Garut tersebut yakni pada mulanya dari pembubaran Limbangan yang terjadi pada tahun 1811 oleh Daendels, dengan alasan produksi kopi dari daerah Limbangan menurun hingga titik paling rendah dan bupatinya menolak perintah menanam nila (indigo). Kota Limbangan tersebut juga terkenal dengan nama GURILAB (Gunung, rimba, laut, dan budaya).  Pada tanggal 16 Februari 1813, Letnan Gubernur di Indonesia yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles, telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci. Namun Suci dinilai terlalu sempit untuk ibu kota, maka dari itu ibu kota dipindahkan. Pada tanggal tersebut juga ditetakannya sebagai ulang tahun Kota Garut.
   Bupati Limbangan pada saat itu, Adipati Adiwijaya yang menjabat pada tahun 1813 hingga 1831 membentuk sebuah panitia untuk mencari tempat yang cocok untuk Ibu Kota Kabupaten. Pada awalnya, panitia menemukan Cimurah, sekitar 3 Km sebelah timur Suci yang saat ini kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Pidayeuheun. Tetapi air bersih pada kampung Pidayeuheum tersebut sulit diperoleh, maka kampung tersebut tidak dijadikan sebagai tempat ibu kota. Selanjutnya, mereka mencari ke arah barat Suci, sekitar 5 Km dan mereka mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan sebagai ibu kota. Tempat tersebut memiliki tanah yang subur, tempat tersebut juga memiliki mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk serta memiliki pemandangan yang indah dengan dikelilingi oleh gunung-gunung, seperti Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak.
   Saat ditemukannya mata air berupa telaga kecil yang tertutup oleh semak belukar berduri (Marantha), tangan seorang panitia tergores hingga berdarah. Dalam bahasa setempat, tergores dinamakan “Kagarut”. Seorang warga Negara Eropa langsung bertanya “Mengapa berdarah?" sesorang yang tergores tersebut menjawab bahwa tangannya kakarut. Orang yang bernegara Eropa tersebut menirukan dengan tidak fasih sehingga menjadi “gagarut”.
   Dari kejadian itu, para pekerja yang berada dalam rombongan tersebut menamai tanaman berduri dengan sebutan “Ki Garut” sedangkan telaganya mereka menamai dengan “Ci Garut”. Karena telah ditemukannya Ci Garut, daerah yang berada disekitar tempat tersebut dikenal dengan nama “Garut”. Nama Garut tersebut mendapat persetujuan oleh Bupati Kabupaten Limbangan, Adipati Adiwijaya untuk dijadikan sebagai ibu kota Kabupaten Limbangan.
   Peletakan batu pertama pembanguanan sarana dan prasarana dilakukan pada tanggal 15 September 1813. Bupati serta pejabat pemerintahan lainnya memberikan pidato di depan publik,  di depan pendopo yang berada diantara alun-alun dan pendopo tersebut terdapat “Babancongan”. Babancongan juga pada saat ini digunakan sebagai tempat untuk perayaan ulang tahun Garut, sebagai tempat untuk melakukan upacara 17 Agustus, serta sebagai lambing kehormatan Garut.
   Setelah tempat-tempat yang sudah direncanakan untuk menjadi ibu kota tersebut selesai dibangun, ibu kota Kabupaten Limbangan tersebut pindah dari Suci ke Garut sekitar tahun 1821. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal No: 60 tertanggal 7 Mei 1913, nama Kabupaten Limbangan diganti menjadi Kabupaten Garut dan beribu kota Garut pada tanggal 1 Juli 1913. Saat itu bupati yang sedang menjabat adalah RAA Wiratanudatar (1871-1915). Saat itu Kota Garut meliputi tiga desa, yakni Desa Kota Kulon, Desa Kota Wetan, dan Desa Margawati. Kabupaten Garut yang meliputi Distrik-distrik Garut, Bayongbong, Cibatu, Tarogong, Leles, Balubur Limbangan, Cikajang, Bungbulang dan Pameungpeuk.
   Pada tahun 1915 RAA Wiratanudatar digantikan oleh keponakannya yaitu Adipati Suria Karta Legawa pada tahun 1915-1929. Ia memerintah pada tanggal 14 Agustus 1925, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal, Kabupaten Garut disahkan menjadi daerah pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom). Selama periode 1930-1942, Bupati yang menjabat di Kabupaten Garut adalah Adipati Moh. Musa Suria Kartalegawa. Ia diangkat menjadi Bupati Kabupaten Garut pada tahun 1929 menggantikan ayahnya Adipati Suria Karta Legawa pada tahun 1915-1929.
   Setelah beliau memaparkan asal mula nama Garut tersebut, beliau juga menjelaskan bahwa luas wilayah Kota Garut yakni dua kali liat dari Kota Bandung. Dengan jumlah penduduknya 3,1 juta jiwa yang tersebar di 42 kecamatan dan 402 desa atau kelurahan. Pergantian bupati di Kota Garut telah mencapai 27 kali.
Garut terbagi menjadi 2 wilayah, yakni Garut Utara dan Garut Selatan. Pada Garut Utara terdapat banyak sekali pegunungan dan laut. Sedangkan pada Garut Selatan akan dijumpai berbagai macam bangunan-bangunan industri, pariwisata, serta berbagai macam kuliner yang sudah terkenal dari Kota Bandung seperti cokodot, dodol garut, serta bakso.
   Wisata alam yang ditawarkan oleh Kota Garut ini yakni Gunung Papandayan, Talaga Bodas, Gunung Drajat, Ranca Buaya, dan Pantai Santolo. Wisata alam yang sudah modern pun sudah di miliki Kota Garut, salah satunya Arum Jeram yang berada di Cimanuk, Garut Selatan. Pantai Santolo termasuk pantai ke 2 terindah dari pantai Pangandaran. Pada tahun 2016 direncanakan akan dibuat jalur lingkar Cipanas yang berada di kaki bukit Gunung Guntur dengan lebar 25 meter dan memiliki pemandangan yang sangat indah seperti di Hongkong. Pada jalur lingkar Cipanas ini direncanakan akan di bangun sebuah hotel baru bintang lima di daerah Cipanas yang berada di kawah Papandayan dengan tarif 1 hari menghabiskan biaya 4 juta rupiah.
   Kota Garut masih memiliki kebudayaan yang masih di lestarikan hingga saat ini. Salah satunya masih terdapat komunitas Kampung Duku yang terbagi menjadi Kampung Duku dalam dan luar. Selain itu terdapat makam gidok dimana masih terdapat pusaka-pusaka peninggalan pada zaman dahulu. Pusaka-pusaka keramat tersebut selalu dibersihkan pada saat mulud. Disamping itu,  terdapat makam keramat Cirunyuk yang terkenal dengan 7 pancurannya. Masyarakat biasa menamainya dengan pancuran 7. Di Kota Garut juga terdapat makam yang biasa digunakan untuk berziarah yakni Limbangan Sunan Cipancang. Kota Garut juga memiliki sumber mata air dan masih dipegang erat dari zaman dahulu dengan nama kawin cai. Masih banyak sekali peninggalan yang sampai sekarang masih dilestarikan salah satunya Kota Garut memiliki candi hindu, yakni makam Syekh Muhammad.
   Kota Garut ini selain terkenal dengan wisata alam yang menakjubkan, Kota yang satu ini terkenal pula dengan dombanya. Domba Garut adalah salah satu ikon Kota Garut itu sendiri disamping kulinernya, dodol garut. Domba Garut ini pada tanggal 21 Februari 2014 telah diadakan domba catwalk. Masyarakat sering sekali menjadikan domba untuk di adu dengan domba yang lainnya, hal ini sebagai seni ketangkasan domba.
Masyarakat yang ada di Kota Garut masih memegang erat gotong royong. Tak heran Kota Garut ini mendapatkan juara ke tiga se-Nasional tentang gotong royong ini. Selain terkenal dengan wisata alam yang sangat indah, peninggalan yang masih di lestarikan hingga saat ini, Kota Garut juga terkenal dengan masyarakat yang masih menerapkan gotong royong.
   Setelah kami mendapatkan informasi secara singkat dari Bupati Garut, Rudy Gunawan, kami ISOMA atau istirahat, makan, dan solat terlebih dahulu. Setelah kami melakukan ISOMA, kami melanjutkan perjalanan Kuliah Kerja Lapangan kami ke Kampung Naga yang berada di Tasikmalaya.

Rabu, 18 Maret 2015

Tugas [LAGI]

   Tugas lagi dan lagi. Ya, itu adalah teman yang sangat akrab dengan ku akhir-akhir ini. Aku tak pernah membayangkan sebelumnya akan mendapat tugas yang tak pernah habis setiap harinya. MAklum saja, aku belum terbiasa dan sedang menuju proses pembiasaan dengan setumpuk tugas yang saat ini ada di depan mata ku.
   Setiap hari bisa dipastikan aku tidur selalu larut malam, bahkan hanya tidur 3-4 jam saja setelah itu aku harus melakukan setumpuk aktivitas ku lagi di kampus. Semester 2 ini menurut ku memiliki banyak tantangan sekali. Tugas yang diberikan dosen ku selalu saja mengalir tanpa henti setiap hari, aku pun hampir lupa bagaimana cara tidur yang nyenyak di malam hari bahkan tidur siang pun sudah hampir tak pernah, namun disamping itu semua ada satu hal yang menurut ku sangat menantang adrenalir ku, yakni aku harus setiap hari bangun pagi dan menjalani kuliah pagi serta tugas selalu di kumpulkan pagi hari serta setiap mata kuliah selalu tak pernah ada jarak yang panjang untuk sekedar mencuri-curi untuk tidur meski sesaat pun.
   Hari ini, di pagi yang cukup bersahabat sekali aku tetap mengerakan salah satu tugas yang semakin lama semakin membuat ku bosan dengan salah satu tugas tersebut. Padahal hari ini aku libur namun tugas yang diberikan dosen tak ada kata libur meski sehari saja. Semalam aku pun tetap seperti biasa tidur larut malam sekali dan memaksakan badan yang telah lelah ini untuk bekerja kembali mengerjakan tugas yang ada. Padahal saat semester kemarin aku tidak tidur selarut itu.
   Handphone, laptop, musik, cemilan, indomie, kopi, susu, jaringan, hotspot adalah teman yang paling setia menemani ku hingga aku tertidur di atas buku atau laptop ku. Setiap hari aku selalu ditemani itu semua, terkadang jika sudah lelah dan sekedar beristirahat sejenak aku menonton film yang telah aku download di Prodi Pendidikan Sosiologi. Jika aku mulai bosan, terkadang aku membuka blog dan menulis di dalm blog milik ku. Entah apa yang ingin ku tuangkan dalam blog ku mengalir begitu saja.
   Pagi ini, aku berada di TIK Universitas Pendidikan Indonesia, salah satu tempat yang mulai menjadi favorit ku. Maklum saja, seorang anak kosan pasti selalu memanfaatkan fasilitas yang diberikan dari kampusnya ditambah lagi jika itu gratis tanpa pungutan seperak pun. Dari pada aku mengerjakan tugas tersebut di warnet, sudah terlihat berapa rupiah yang harus ku keluarkan dari dompet ku yang semakin lama semakin menipis saja. Di temapt ini, aku dapat berlama-lama sepuasnya bahkan hingga ruangan ini ingin segera di tutup pun bebas sekali.
   

Jumat, 13 Februari 2015

   Kembali lagi dengan postingan ku, hari ini aku ingin bercerita tentang kosan ku saja. Sebagai mahasiswa yang sedang merantau pasti tak lepas dari yang namanya kosan. Aku menjadi anak kosan bukan sekarang-sekarang. Sebenarnya aku menjadi anak kosan sudah dari SMA dahulu. 3 tahun menjadi seorang anak kosan setidaknya sudah tentu memiliki pengalaman yang berhubungan dengan kosan. Dimulai asiknya menjadi anak kosan, bagaimana susahnya jafi anak kosan, bagaimana keadaan kosan saat tugas banyak, gimana rasanya belum di transfer orang tua, rasanya kangen rumah dan masih banyak lagi, semua itu sudah pernah aku alami sebelumnya.
   Menjadi anak kosan. Hal yang pertama ada di benak anak kosan pasti mandiri. Ya, melakukan segala sesuatunya sendiri. Dimulai masak, beres-beres, nyuci piring, nyuci baju, setrika baju, semuanya dulakukan seorang diri. Inilah aktivitas yang dilakukan kebanyakan mahasiswa yang merantau di daerah orang. Namun, kali ini aku akan membahas apa saja kebiasaan ya g di lakukan anak kosan, mungkin di lain waktu akan ku deskripsikan bagaimana kamar kosan ku.
   Kosan. Siapa yang tak tahu dengan satu ruangan itu. Ruangan dimana segala aktivitas dilakulan. Dimulai bangun tidur sampai tidur kembali. Kosan beraneka ragam bentuknya. Ada yang besar, medium, kecil, atau bahkan minimalis. Semakin besar kosan yang kita mau pasto semakin besar pula lembaran pahlawan yang di dompet harus rela di keluarkan. Tapi tak jarang juga untuk mendapatkan kamar kosan yang besar cuma membutuhkan biaya yang sedikit. Buktinya aku.
   Kosan yang ku sewa selama satu tahun ini akan menjadi sahabat terbaik ku. Walaupun kosan ku tak ada seperti tv, kulkas, mesin cuci, dvd, dan segala macam elektronik yang ada di rumah, aku tetap nyaman dengan kosan ku ini.
   Kosan yang ku sewa ini berada di Jl. Sersan Surip, 40 Ledeng - Bandung. Yang bernomer 8. Disikitar kosan ku banyak sekali para mamang - mamang yang berjualan untuk menemani ku mengerjakan tugas.
   Aneka makanan yang dijual oleh pedagang termasuk murah meriah. Ada mamang seblak dan makaroni dengan harga yang sangat bersahabat dengan kantong mahasiswa, salah satu mamang langganan ku saat pulang kampus. Ada juga mamang bubur candil, makanan yang satu ini jarang aku beli namun harganya pun sangat bersahabat. Selain itu ada mamang baso tusuk, mamang batagor, mamang bakso, mamang mie ayam, es capucino cincau dan aneka jus. Semua makanan itu sudah pernah ku rasakan semua. Enak tetapi harganya sangat bersahabat dengan kantong mahasiswa.
   Selain jajanan seperti itu. Di ledeng juga ada berbagai macam jenis warteg. Ada warteg yang murah, enak, dan porsinya banyak, ada warteg yang mahal, rasanya biasa saja, porsinya sedikit, ada juga warteg yang harganya biasa, rasanya biasa, porsinya juga biasa, ada pula warteg yang harganya mahal, enak, tetapi porsinya sedikit. Bisa dipilih sesuai kantong kita.
   Well, balik lagi ke kosan. Di kosan aktivitas ku selain belajar, ngerjain tugas kampus, solat, makan, dan tidur, dikosan juga biasanya tempat favorit untuk ngegalau bahkan sampai nangis pun di kosan. Selain itu, ngegila di kosan juga pernah gara-gara belum di transfer uangnya.
   Jangan harap kosan ku rapih seperti di ftv itu kalo tugas kampus semakin merajalela. Kalo tugas udah banyak pasti buku, pensil, pulpen, baju, piring, casan, bedak, dan semua barang yang ada di dalam kosan berada bukan pada tempatnya, intinya kaya kapal pecah. Saat kaya gini biasanya yang aku lakukan numpang dikosan temen atau tak ku perdulikan yang terpenting tugas selesai saja dulu dan juga aku tidak akan merekomendasikan teman-teman ku untuk main ke kosan dulu.
   Anak kosan pasti pernah mengalami krisis keuangan. Begitu juga aku tentunya. Biasanya aku jika sedang berada di posisi ini aku pasti menginap di kosan teman yang memiliki persediaan makanan banyak. Atau beralasan ingin main ke kosan dia ya berharap mendapat makan gratis. Jika itu tak berhasil terpaksa makan dengan mie rebus yang dimasak dengan magicom serba guna.
   Stop kontak. Bagian terpenting anak kos. Jika stop kontak tak ada, anak kos pasti kelabakan setengah mati. Maka dari itu tak jarang di setiap kamar kosan pasti ada beraneka ragam jenis stop kontak dan lebih dari satu stopkontak.
   Anak kosan kebanyakan paling malas untuk mencuci baju sendiri. Maka dari itu jasa cuci sangat diperlukan oleh para ank kosan.