Pasar Budaya UPI 2015 cukup memberikan kesan
yang amat menarik untuk ku. Bagaimana tidak, Pasar Budaya UPI adalah salah satu
even tersebesar di kampus ku, Universitas Pendidikan Indonesia dan jurusan ku
salah satu pengisi acara di even terbesar sa-UPI-eun.
Pasar Budaya UPI 2015 dilaksanakan pada
tanggal 11-13 Mei 2015 yang bertempat di Gymnasium. Acara itu di dukung oleh
tiga jurusan, Pendidikan Sosiologi angkatan 2014 yang bertugas sebagai
Interpreter, MRL angkatan 2013 dan 2014 yang bertugas sebagai LO dan Acer,
serta Seni Rupa angkatan 2013 yang bertugas mendekorasi Gymnasium menjadi
tempat yang berbeda dari biasanya.
Persiapan kami semua terbilang matang sekali
untuk mempersiapkan acara besar ini. Maklum saja, ini adalah acara pertama yang
kami laksanakan. Sebelum acara di laksanakan, dari siang hingga menjelang malam
kami semua sibuk untuk mendekorasi stall kami. Tak terkecuali aku. Stall ku
bernomer 19, nomor yang ganjil memang. Stall ku bernama “Tulisan Arab Melayu”
yang bersebelahan dengan stall “Cilempung” dan “Gudeg”.
Saat mendekorasi stall, kami semua saling
bekerja sama bahu membahu satu sama lain. Bukan hanya pada stall kami
masing-masing saja namun kami tak cangung untuk membantu kelompok lain yang
memang memerlukan bantuan dari kami. Ya, gotong royong yang beberapa bulan kami
agung agungkan sangat tercipta saat itu, tak ada jarak antara kami. Bukan hanya
dari Pendidikan Sosiologi saja, MRL dan Seni Rupa pun sama, mereka tak canggung
menolong kami saat kami membutuhkan bantuan dari mereka, khususnya bantuan
tenaga berat seorang laki-laki.
Aku dan kelompok ku mendekorasi stall
dimulai dari siang hingga sore hari. Terasa cape sekali memang, namun suka cita
mengalahkan semuanya. Tawa, canda, bahagia, melebur menjadi energy positif
untuk kami. Padahal, esok pagi kami di tuntut untuk datang pada pukul 06.00
pagi di Gymnasium.
Esok pagi, kami semua datang tepat waktu. Ya,
meski pun kami masih ngantuk sekali, badan terasa cape, dan tidak ingin pergi
dari kasur tersayang, namun kami di tuntut untuk selalu disiplin. Baik itu
disiplin tentang waktu, tenaga, dan sebagainya. Alhasil, mau tidak mau kami pun
harus mau untuk datang tepat waktu. Hari pertama kami sebagai Interpreter harus
menggunakan pakaian adat. Hal ini dimaksudkan agar kami tetap setia dalam
melestarikan budaya Indonesia.
Hari pertama selesai, namun masih ada dua
hari selanjutnya yang harus kami lewati dengan penuh kesabaran. Lelah memang,
baru melewati hari pertama saja sudah banyak sekali tantangan yang harus kami
lewati dengan mengahadapi berbagai mahasiswa UPI yang memiliki karakter yang
berbeda-beda satu sama lain. Namun, kami tetap memberikan pelayanan yang paling
baik untuk mereka semua yang mengunjungi stall kami, khususnya Tulisan Arab
Melayu. Dengan kerendahan hati kami tetap melayani mereka semua dan juga tak
lupa dengan penuh senyum kegembiraan tentunya.
Hari kedua kami lewati dengan rasa damai. Drescode
hari kedua adalah batik. Dengan cinta kasih sayang kami melayani tamu-tamu yang
datang ke stall kami dengan penuh rasa bahagia sekali. Meskipun aku dan pelaku
budaya sudah mulai tak enak badan namun kami tetap menjalankan tugas kami
dengan semaksimal mungkin sehingga hasil yang akan di peroleh pun akan maksimal
juga.
Di hari kedua ini, ilmu yang kami dapatkan
semakin hari semakin bertambah. Selain itu, kami pun dapat lebih mengetahui lagi
kekayaan yang terdapat di Indonesia yang belum pernah kami ketahui sama sekali.
Untuk aku sendiri khususnya, aku baru mengetahui jika ternyata permainan
congklak itu awal mulanya di mainkan oleh para raja-raja, becak terdapat
pertama kali di China, kalau tidak salah, Tulisan Arab Melayu sudah jarang sekali
di gunakan saat ini, Tarian Jai’i berasal dari NTT, dan masih banyak lagi. Ini membuktikan
bahwa Indonesia memang sangat kaya sekali dengan kebudayaannya.
Hari terakhir pun kami lewati. Di hari
terakhir ini, informasi berharga sayang untuk kami lewati. Bagaimana tidak,
memasuki ruangan Gymnasium sangat ketak sekali. Peserta dan tamu undangan saja
yang di perbolehkan untuk memasuki ruangan tersebut, itu pun seperti di seleksi
dengan ketat sekali. Jadi, siapa saja yang telah berhasil untuk masuk jangan
menyia-nyiakan sama sekali kesempatan itu.
Dengan mempelajari di dua hari kemarin, kami
sebagai Interpreter tetap setia untuk memberikan pelayanan yang sangat baik
kepada para mahasiswa dan tamu undangan saat mengunjungi stall kami. Banyak sekali
pertanyaan demi pertanyaan yang mereka ajukan di stall kami, Tulisan Arab
Melayu, namun dengan penuh kesabaran kami sebagai interpreter menjawab
pertanyaan demi pertanyaan tersebut saat actor budaya kami sedang menjelaskan
kepada peserta lainnya. Sehingga terciptalah perdamaian dan rasa kasih sayang
antara kami semua.
Dari acara ini, mahasiswa Universitas
Pendididkan Indonesia dan tamu undangan memiliki kepedukian yang tinggi
terhadap budaya Indonesia. Maka mereka akan mengetahui kekakyaan budaya
Indonesia yang ada dari Sabang samapai Merauke. Secara tersirat mereka belajar
bagaimana nilai gotong royong yang ada di dalam Pasar Budaya UPI 2015 ini.
Karena dengan bergotong royong mereka akan mudah melakukan segala sesuatu.
*untuk foto-foto selama Pasar Budaya Berlangsung bisa nyusul ^_^