Selasa, 19 Mei 2015

Pasar Budaya UPI 2015



   Pasar Budaya UPI 2015 cukup memberikan kesan yang amat menarik untuk ku. Bagaimana tidak, Pasar Budaya UPI adalah salah satu even tersebesar di kampus ku, Universitas Pendidikan Indonesia dan jurusan ku salah satu pengisi acara di even terbesar sa-UPI-eun.
   Pasar Budaya UPI 2015 dilaksanakan pada tanggal 11-13 Mei 2015 yang bertempat di Gymnasium. Acara itu di dukung oleh tiga jurusan, Pendidikan Sosiologi angkatan 2014 yang bertugas sebagai Interpreter, MRL angkatan 2013 dan 2014 yang bertugas sebagai LO dan Acer, serta Seni Rupa angkatan 2013 yang bertugas mendekorasi Gymnasium menjadi tempat yang berbeda dari biasanya.
   Persiapan kami semua terbilang matang sekali untuk mempersiapkan acara besar ini. Maklum saja, ini adalah acara pertama yang kami laksanakan. Sebelum acara di laksanakan, dari siang hingga menjelang malam kami semua sibuk untuk mendekorasi stall kami. Tak terkecuali aku. Stall ku bernomer 19, nomor yang ganjil memang. Stall ku bernama “Tulisan Arab Melayu” yang bersebelahan dengan stall “Cilempung” dan “Gudeg”.
   Saat mendekorasi stall, kami semua saling bekerja sama bahu membahu satu sama lain. Bukan hanya pada stall kami masing-masing saja namun kami tak cangung untuk membantu kelompok lain yang memang memerlukan bantuan dari kami. Ya, gotong royong yang beberapa bulan kami agung agungkan sangat tercipta saat itu, tak ada jarak antara kami. Bukan hanya dari Pendidikan Sosiologi saja, MRL dan Seni Rupa pun sama, mereka tak canggung menolong kami saat kami membutuhkan bantuan dari mereka, khususnya bantuan tenaga berat seorang laki-laki.
   Aku dan kelompok ku mendekorasi stall dimulai dari siang hingga sore hari. Terasa cape sekali memang, namun suka cita mengalahkan semuanya. Tawa, canda, bahagia, melebur menjadi energy positif untuk kami. Padahal, esok pagi kami di tuntut untuk datang pada pukul 06.00 pagi di Gymnasium.
   Esok pagi, kami semua datang tepat waktu. Ya, meski pun kami masih ngantuk sekali, badan terasa cape, dan tidak ingin pergi dari kasur tersayang, namun kami di tuntut untuk selalu disiplin. Baik itu disiplin tentang waktu, tenaga, dan sebagainya. Alhasil, mau tidak mau kami pun harus mau untuk datang tepat waktu. Hari pertama kami sebagai Interpreter harus menggunakan pakaian adat. Hal ini dimaksudkan agar kami tetap setia dalam melestarikan budaya Indonesia.
   Hari pertama selesai, namun masih ada dua hari selanjutnya yang harus kami lewati dengan penuh kesabaran. Lelah memang, baru melewati hari pertama saja sudah banyak sekali tantangan yang harus kami lewati dengan mengahadapi berbagai mahasiswa UPI yang memiliki karakter yang berbeda-beda satu sama lain. Namun, kami tetap memberikan pelayanan yang paling baik untuk mereka semua yang mengunjungi stall kami, khususnya Tulisan Arab Melayu. Dengan kerendahan hati kami tetap melayani mereka semua dan juga tak lupa dengan penuh senyum kegembiraan tentunya.
   Hari kedua kami lewati dengan rasa damai. Drescode hari kedua adalah batik. Dengan cinta kasih sayang kami melayani tamu-tamu yang datang ke stall kami dengan penuh rasa bahagia sekali. Meskipun aku dan pelaku budaya sudah mulai tak enak badan namun kami tetap menjalankan tugas kami dengan semaksimal mungkin sehingga hasil yang akan di peroleh pun akan maksimal juga.
   Di hari kedua ini, ilmu yang kami dapatkan semakin hari semakin bertambah. Selain itu, kami pun dapat lebih mengetahui lagi kekayaan yang terdapat di Indonesia yang belum pernah kami ketahui sama sekali. Untuk aku sendiri khususnya, aku baru mengetahui jika ternyata permainan congklak itu awal mulanya di mainkan oleh para raja-raja, becak terdapat pertama kali di China, kalau tidak salah, Tulisan Arab Melayu sudah jarang sekali di gunakan saat ini, Tarian Jai’i berasal dari NTT, dan masih banyak lagi. Ini membuktikan bahwa Indonesia memang sangat kaya sekali dengan kebudayaannya.
   Hari terakhir pun kami lewati. Di hari terakhir ini, informasi berharga sayang untuk kami lewati. Bagaimana tidak, memasuki ruangan Gymnasium sangat ketak sekali. Peserta dan tamu undangan saja yang di perbolehkan untuk memasuki ruangan tersebut, itu pun seperti di seleksi dengan ketat sekali. Jadi, siapa saja yang telah berhasil untuk masuk jangan menyia-nyiakan sama sekali kesempatan itu.
   Dengan mempelajari di dua hari kemarin, kami sebagai Interpreter tetap setia untuk memberikan pelayanan yang sangat baik kepada para mahasiswa dan tamu undangan saat mengunjungi stall kami. Banyak sekali pertanyaan demi pertanyaan yang mereka ajukan di stall kami, Tulisan Arab Melayu, namun dengan penuh kesabaran kami sebagai interpreter menjawab pertanyaan demi pertanyaan tersebut saat actor budaya kami sedang menjelaskan kepada peserta lainnya. Sehingga terciptalah perdamaian dan rasa kasih sayang antara kami semua.
   Dari acara ini, mahasiswa Universitas Pendididkan Indonesia dan tamu undangan memiliki kepedukian yang tinggi terhadap budaya Indonesia. Maka mereka akan mengetahui kekakyaan budaya Indonesia yang ada dari Sabang samapai Merauke. Secara tersirat mereka belajar bagaimana nilai gotong royong yang ada di dalam Pasar Budaya UPI 2015 ini. Karena dengan bergotong royong mereka akan mudah melakukan segala sesuatu.

*untuk foto-foto selama Pasar Budaya Berlangsung bisa nyusul ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar